EDUKASI DAN DETEKSI DINI DIABETES MELLITUS SEBAGAI UPAYA MENGURANGI PREVALENSI SERTA RESIKO PENYAKIT DEGENERATIP PADA MASYARAKAT DI DESA

Authors

  • nelma nelma a:1:{s:5:"en_US";s:24:"Poltekkes Kemenkes Medan";}
  • Ice Ratnalela Poltekkes Kemenkes Medan

DOI:

https://doi.org/10.34012/mitraprima.v5i2.4280

Keywords:

diabetes, mellitus,, kadar, gula, darah,, penyakit, degeneratif

Abstract

Abstrak - Penyakit degeneratif adalah suatu kondisi terjadinya penurunan fungsi sel sebelum waktunya sehingga menyebabkan penurunan derajat kesehatan. Beberapa contoh penyakit degeneratif adalah diabetes melitus, hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, stroke, osteoporosis, kanker dan sebagainya.Salah satu penyakit degeneratif dengan proporsi tertinggi adalah diabetes melitus Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Departemen Kesehatan, menunjukan bahwa prevalensi diabetes melitus di Indonesiasebesar 6,9%. Sementara itu, jika dilihat berdasarkan provinsi yang ada di Indonesia, prevalensi diabetes melitus tertinggi terdapat di Yogyakarta. Pemeriksaan kadar gula darah  dilakukan terhadap 100 responden di Desa Mbaruai Kecamatan Biru – Biru Kabupaten Deli Serdang, dengan jumlah    responden perempuan dan  responden laki-laki. Dari hasil pemeriksaan gula darah yang dilakukan di peroleh 72 orang (72 % ) kadar gula darahnya dalam batas normal dan 28 orang ( 28 %) kadar gula darahnya meningkat. Faktor pendukung pemeriksaan glukosa darah adalah faktor psikologis, sosial, ekonomi dan akses faktor penghambatnya adalah sikap terhadap penyakit, ketidakpatuhan selama menjalankan terapi, terutama pada lanjut usia dan persepsi tehadap jaminan kesehatan. Pengalaman dalam menjalankan merawat diri sendiri (self care) di pengaruhi oleh proses penuaan. Pemberian edukasi dan konseling kefarmasian sebaiknya tidak hanya berorientasi pada terafi farmakologi saja, namun juga memberikan motivasi kepada masyarakat untuk mengubah perilaku, kepatuhan diet pasien serta mempertimbangkan faktor psikologis dalam pengelolaan Diabetes, sehingga kadar gula darah dapat terkontrol dengan baik. Diharapkan Masyarakat dapat memeriksakan dirinya secara rutin. Mematuhi Program asupan diet dari ahli gizi yang ada di puskesmas. Selalu memberikan edukasi dan konseling pagi penderita Diabetes untuk menurunkan  angka prevalensi penderita Diabetes. Diharapkan tenaga Kesehatan dan pembuat kebijakan untuk merencanakan langkah selanjutnya yang ditempuh dalam Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit Diabetes.

References

Amelia, R. (2018). Model Perilaku Self Care Pengaruhnya terhadap Kualitas Hidup (Quality of Life), Kontrol Metabolik, dan Kontrol Lipid Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kota Binjai. Disertasi. Universitas Sumatera Utara

American Association of Diabetes Educator. (2014). AADE7™ Self-Care Behaviors American Association of Diabetes Educators (AADE) Position http://www.diabeteseducator.org/export/sites/aade/_resources/pdf/publications/AA7_ Position_Statement_Final.pdf

American Diabetes Association. (2021). Pharmacologic Approach to Glycemic Treatment: Standards of Medical Care in Diabetes. 44(1): S111-S124.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Bakti Husada;2013;5.

Bingga IA. Kaitan Kualitas Tidur dengan Diabetes Melitus Tipe 2. Med Hutama. 2021;2(4):1047-1052.

Goyal R, Jialal I. Diabetes Mellitus Type 2. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. 2022.

Coustan, R. (2013). Gestational Diabetes Melitus. Clinical Chemistry 59:9, 1310-1321

Dinas Kesehatan Provinsi Sulut. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Sulut Tahun 2016. Sulawesi Utara

Imam, C.,Ariyanti, R.,Putri, V. (2021). Edukasi Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Penyakit Diabetes di Era Pandemi COVID-19. JPKMI (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Indonesia) Vol. 2, No. 3, Agustus 2021. doi: http://dx.doi.org/10.36596/jpkmi.v2i3.187

Jasmani. (2016). Edukasi Dan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes. Jurnal Keperawatan. Volume XII, No. 1. doi: http://dx.doi.org/10.26630/jkep.v12i1.371

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kemenkes RIa. (2020). Infodatin. Tetap Produktif, Cegah, dan Atasi Diabetes Melitus. Kementerian Kesehatan RI

Kemenkes RIb. (2020). Langkah-Langkah Pencegahan bagi Penyandang Diabetes Melitus di Masa Pandemi Covid-19.

http://p2ptm.kemkes.go.id Rahmati-Najarkolaei, F.,Pakpour, A.H.,Saffari, M.,Hosseini, M.S.,Hajizadeh, F.,Chen, H, et al. (2017). Determinants of Lifestyle Behavior in Iranian Adults With Prediabetes: Applying The Theory of Planned Behavior. Arch Iran Med. 2017;20(4):198–204 Sari, C. W. M., & Yamin, A. (2018).

Edukasi Berbasis Masyarakat untuk Deteksi Dini Diabetes Melitus Tipe 2. Media Karya Kesehatan, 1(1), 29–38. doi: 10.24198/mkk.v1i1.17127 Suyono. (2015).

Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Sebagai Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Jakarta: FKUI World Health Organization (WHO). (2015). Global Report on Diabetes 2015. Switzerland

Tapan E. Penyakit degeneratif. Jakarta: Gramedia; 2005;2-4.

WHO. Defintion and diagnosis of diabetes mellitus and intermediate hyperglicemia. 2006;56.

World Health Statistics 2017 : monitoring health for the SDGs, Sustainable Develompment Goals,(2017)

Putri,N.H,&Isfandiari,M.A (2013). Hubungan Empat Pilar Pengendalian DM tipe 2 dengan Rerata Kadar Gula Darah.Jurnal Berkala Epidemiologi Vol 1,6.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf – Diakses Agustus 2018

Downloads

Published

2023-10-31

How to Cite

nelma, nelma, & Ratnalela, I. (2023). EDUKASI DAN DETEKSI DINI DIABETES MELLITUS SEBAGAI UPAYA MENGURANGI PREVALENSI SERTA RESIKO PENYAKIT DEGENERATIP PADA MASYARAKAT DI DESA. Jurnal Mitra Prima, 5(2). https://doi.org/10.34012/mitraprima.v5i2.4280