Perbandingan Penggunaan Gips Sintetik dan Gips Tradisional pada Pasien Fraktur Tertutup di Rehabilitasi Harapan Jaya Pematang Siantar Tahun 2014-2015
Main Article Content
Abstract
Immobilisasi adalah upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal. Immobilisasi biasanya menggunakan plaster of paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal. Metode ini digunakan pada fraktur tertutup untuk mempertahankan posisinya dalam proses penyembuhan. Fraktur tertutup (closed) adalah tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk imobilisasi bagian tubuh dengan menggunakan bahan gips tipe plester atau fiberglass. Gips terdiri dari dua jenis bahan yaitu sintetik dan tradisional. Data dari Riset Kesehatan Dasar 2007 di Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam ataupun tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang tertinggi yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma benda tajam atau tumpul. Di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 didapatkan sekitar 2.700 orang mengalami insiden fraktur, 56% penderita mengalami kecacatan fisik. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan penggunaan gips Sintetik dan gips Tradisional di Pusat Rehabilitasi Harapan Jaya Pematang Siantar tahun 2014-2015. Metode: Desain penelitian adalah studi kasus dengan sampel 50 data yang dipilih secara purposive yaitu dengan menggunakan data yang paling lengkap. Hasil: Pada penelitian ini, kelompok umur tertinggi yang menggunakan gips akibat fraktur tertutup terdapat pada umur 26-45 tahun sebesar 26% dengan jenis kelamin terbanyak pada laki-laki 58%.Penggunaan gips terbanyak pada fraktur tertutup adalah gips Tradisional sebanyak 64% dan lama penggunaan gips terbanyak 8-10 minggu (37,5%).Komplikasi terbanyak adalah berhubungan dengan immobilisasi 31,2% penggunaan gips Tradisional.
Article Details
References
Apley A. Graham & Louis Solomon. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Edisi Ketujuh. Penerbit Widya Medika Jakarta. 2012
Brunner & Suddart. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Cetakan I. Jakarta: EGC. 2002.
Carpenito, LJ. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC. 2001.
Engram Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah Vol 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1990.
Helmi, Zairin, Noor. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Salemba Medika. Jakarta.2012.
Iskandar Djoko Simbardjo. Upaya Mandiri di Bidang Orthopedi Khusus Seksi Traumatologi dan Rekonstruksi di Era globalisasi. Jakarta: Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008.
Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Medica Aesculapius. 2002.
Muttaqin, S.Kep. Ns. Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC. 2008.
Price, Sylvia A, dan Wilson, Lorraine M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.Edisi 6. Volume 2. Jakarta:EGC. 2006.
Research Journal of Environmental and Earth Sciences 4(11): 953-958, 2012 ISSN: 2041-0492.
Rizal Ahmad. Tips dan Trik Pemasangan Gips. Majalah Kedokteran Andalas. 2010 (diakses 2 november 2015). URL: Error! Hyperlink reference not valid.
Sjamsuhidayat, de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2011.
Smiltzer, Suzanne C., dan Bare, Brenda G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8 Volume. 3. Jakarta : EGC 2002.
Suratun dkk . Klien Gangguan Muskuloskeletal SAK. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2008.
The Journal of Bone and Joint Surgery. JBJS. ORG Volume 94-A.Number 20. October 17, 2012.
www. Bsnmedical. com/bsn-medical-global. Html.